BY ABE · MAY 5, 2020
Sejak zaman kuno, nenek moyang orang Indonesia menggunakan bambu untuk membuat berbagai hal. Bahan untuk membangun rumah, pagar, alat musik, senjata tradisional, kerajinan tangan, dan produk makanan. Bangunan rumah-rumah tradisional yang terbuat dari bambu telah terbukti berkali-kali memiliki daya tahan yang lebih baik daripada rumah tembok ketika gempa terjadi di Indonesia.
Jaman yang semakin modern membuat bambu perlahan mulai ditinggalkan oleh banyak orang. Bambu dianggap sebagai simbol kemiskinan. Masyarakat modern memilih tembok untuk membangun rumah dan pagar mereka. Bahan plastik dan logam telah dipilih untuk berbagai produk kerajinan karena alasan modernisasi, akankah bambu menghadapi akhir jaman di negara agraris seperti Indonesia?
Mukoddas Syuhada, lulusan arsitektur dari Institut Teknologi Bandung, tidak ingin bambu ditinggalkan oleh orang Indonesia. Sejak 2012, Mukoddas telah bereksperimen dengan bambu. Ia mengembalikan bambu ke fungsi aslinya seperti nenek moyang orang Indonesia menjadikan bambu sebagai material untuk berbagai hal. Mukoddas membuat rumah yang terbuat dari bambu, berbagai perabot, seperti meja, kursi, hingga kerajinan tangan seperti topi, alat musik tradisional dan bahkan bingkai sepeda yang terbuat dari bambu. Mukoddas juga menanam dan melestarikan berbagai jenis bambu di rumahnya, di Kota Tangerang Selatan, Banten.
SEPEDA BAMBU
Melalui karya-karyanya Mukoddas ingin mengubah persepsi masyarakat Indonesia tentang bambu. Untuk mewujudkan mimpinya, Mukoddas mendirikan Akademi Bambu Nusantara di kota tempat dia tinggal. Melalui akademi bambu ini, Mukoddas memberikan pendidikan untuk melakukan rekonstruksi sosial masyarakat dengan bambu sebagai bahan pembelajaran utama. Di Akademi Bambu Nusantara, ia melatih banyak orang dari beragam latar belakang untuk belajar cara membuat benih bambu, cara menanam bambu, cara memotong dan merawat bambu. Mukoddas juga melatih orang untuk membuat berbagai kerajinan dari bambu.
Akademi Bambu Nusantara juga melakukan kampanye tentang pentingnya melindungi ekosistem bambu sebagai cara untuk menghemat air dan menjaga kebersihan udara. Ia tidak hanya melakukan kampanye ini di Indonesia, tetapi juga di negara-negara lain seperti Belgia, Prancis, Korea Selatan, Turki melalui pameran kerajinan tangan yang ia ikuti. Di negara-negara ini, kerangka kerja sepeda bambu Mukoddas sangat diminati. 10 frame sepeda yang terbuat dari bambu telah terjual. Selain kerangka sepeda yang terbuat dari bambu, Mukoddas juga telah mengekspor bilah bambu ke AS dan telah menyetujui MOU untuk ekspor 20 ribu rumah bambu ke Meksiko.
Meskipun terlambat dibandingkan dengan negara lain dalam inovasi teknologi bahan bambu, menurut International Bamboo and Rattan Organization (INBAR) Indonesia masih menempati tiga negara pengekspor bambu teratas dengan Cina dan Vietnam. Ekspor bambu Indonesia memenuhi 7% pasar bambu dunia dengan nilai USD 490 juta. Eksplorasi bambu tidak berhenti di bahan padat, Akademi Bambu Nusantara juga mengembangkan bambu menjadi bahan cair yang dapat digunakan sebagai desinfektan, pembersih tangan dan pupuk cair.
CUKA BAMBU
Eksplorasi bambu tidak berhenti di bahan padat, Akademi Bambu Nusantara juga mengembangkan bambu menjadi bahan cair yang dapat digunakan sebagai desinfektan, pembersih tangan dan pupuk cair.
Mukoddas mengatakan sebenarnya ia sudah lama memproduksi asap cair bambu atau yang biasa disebut cuka bambu. “Dari hasil penelitian yang sudah ada dan beberapa penerapan yang sudah kami lakukan, cuka bambu bisa digunakan sebagai pestisida alami”, ujar Mukoddas melalui pesan tertulis, Kamis, 29/04/2020. Ia lalu mengkonsultasikan hasil pembuatan cuka bambu ke salah satu ahli taksonomi bambu LIPI untuk memastikan apakah cuka bambu bisa menjadi hand sanitizer dan disinfektan alami.
“Prof. Elizabeth menjawab bisa, dan meminta saya untuk memastikan ke koleganya Prof. Gustan (Badan Litbang dan Inovasi KLHK-red)”, kenang Mukoddas. Kebetulan Mukoddas satu tim dengan Prof. Gustan dalam pembuatan draft SNI bambu dan rotan untuk penggunaan bambu untuk tukangan beton. Jawaban Prof. Gustan melegakan Mukoddas. cuka bambu bisa untuk disinfektan dengan perbandingan 1 : 10 air bersih.
ANTISIPASI BENCANA
Para ahli percaya bahwa bambu merupakan salah satu jenis tanaman yang cocok untuk daerah yang rawan bencana seperti di Indonesia. Berdasarkan kajian yang dilakukan LIPI misalnya, selain cocok untuk memperbaiki kondisi hulu dan sempadan sungai untuk mencegah banjir dan longsor, bambu juga mampu menghasilkan oksigen 30% lebih banyak dari jenis pohon lain.
Terkait fungsi bambu untuk antisipasi bencana, pakar pengurangan risiko bencana UPN Yogyakarta Dr. Eko Teguh Paripurno mengatakan bambu memiliki kemampuan mengurangsi risiko longsor, terutama terkait dengan erosi sungai.
“Prinsipnya bambu itu fleksibel dan ringan, jadi ketika di daerah rawan gempa dia akan santai saja, di daerah rawan longsor dia ringan, tidak menambah beban”, kata Eko Teguh Paripurno yang saat ini menjabat sebagai Ketua Prodi Magister Manajemen Bencana UPN Yogyakarta melalui pesan tertulis, Selasa, 05/05/2020.
Eko Teguh menambahkan, pada saat kasus-kasus gempa di Yogyakarta tahun 2006 misalnya, ketika rumah induk rontok diguncang gempa, banyak warga tinggal di dapur atau kandang sapi yang terbuat dari kayu dan juga bambu. Hal ini juga terjadi di Aceh dan Nias. Eko Teguh menyayangkan, orang saat ini belum bisa membuat rumah bambu yang memiliki kenyamanan seperti standar kenyamanan kebanyakan orang saat ini.
Dosen penerima Sasakawa Award dari UNISDR (United Nation Secretariat for International Strategy for Disaster Reduction) yang akrab dipanggil Kang ET ini menceritakan ia pernah menyarankan pemakaian rumah bambu untuk kawasan rawan longsor rayapan di Kebumen.
“Komentar bupatinya : warga membuat rumah tembok agar masuk kategori sejahtera, kok Mas ET ngajak prasejatera lagi?”, ujar Eko Teguh Paripurno menutup obrolan tertulis dengan gapadri.id.