BY ABE · PUBLISHED ·
Berkesenian sah saja menggunakan beragam media, tak harus dengan tinta, tak harus berkata-kata, tidak harus memiliki rupa. Seni juga mewadahi garis-garis imajiner, seperti yang selama ini telah “dirupakan” oleh seorang penjelajah dunia bernama Bambang Hertadi Mas yang akrab dipanggil “Paimo“. Bermodalkan sepeda, Paimo telah menghubungkan garis-garis imajiner di hampir seluruh benua : Asia, Australia, Amerika, Afrika, dan mungkin suatu hari benua antartika. Dalam buku ini, Paimo berkisah tentang bagaimana ia mencurahkan segenap upayanya dalam sebuah karya monumental bertajuk “Trans Atacama Cycling Trip 2006“, sebuah petualangan sepeda sejauh 6000 kilometer melintasi negara Argentina-Bolivia dan Cile di Amerika Latin.
Paimo menceritakan “penderitaan”nya yang ia awali dari Kota La Paz Bolivia. Dengan runut ia menceritakan detil perjalanannnya melintasi gurun garam terluas di dunia, Salar de Uyuni dan ganasnya gurun pasir Atacama. Tak melulu cerita petualangan yang mengharu biru, Paimo juga dengan detil merekam kondisi sosial budaya negara-negara yang dilaluinya, dibumbui dengan cerita-cerita konyol khas Paimo di mana salah satunya dengan bahasa andalannya “Jawa” ia justru sering berhasil menjalin komunikasi dengan beragam etnis yang ia jumpai di negara-negara asing.
Di buku ini Paimo ingin menegaskan bahwa petulalang adalah sosok yang penuh perhitungan dalam bertindak dan mengambil keputusan, mereka adalah orang-orang yang ingin mewujudkan impian dan cita-cita dengan penuh totalitas, kadang dengan cara-cara yang ekstrem yang sulit dicerna dengan dengan akal sehat, menembus batas ketidakmampuan dan ketidakmungkinan.